Jangan lupa mampir ya......

Senin, 13 April 2009

Mengenal Wayang....Punakawan

TOKOH punakawan yang terdiri atas Semar, Nala Gareng, Petruk, dan Bagong, adalah tokoh-tokoh yang selalu ditunggu-tunggu dalam setiap pergelaran wayang di Jawa. Sebenarnya, dalam cerita wayang yang asli dari India tidak ada tokoh punakawan. Punakawan hanyalah "bahasa halus" dan "bahasa komunikatif" yang diciptakan oleh para sunan/wali di tanah Jawa. Para tokoh punakawan dibuat sedemikian rupa medekati kondisi masyarakat Jawa yang beraneka ragam. Para Wali dalam penyebaran agama Islam selalu melihat kondisi masyarakat--baik dari adat istiadat maupun dari budaya yang berkembang saat itu. Wayang merupakan suatu media efektif untuk menyampaikan misi ini. Namun, para wali memandang bahwa cerita wayang yang diusung dari negara asalnya, India, ternyata banyak yang berbau Hindu, animisme, dan dinamisme. Mereka juga melihat pakem wayang India tersebut kurang komunikatif. Masyarakat hanya diminta duduk diam melihat sang dalang memainkan lakonnya. Tentu tidak semua orang mau untuk menikmati adegan demi adegan semacam ini semalam suntuk. Maka, para wali menciptakan suatu tokoh yang sekiranya mampu berkomunikasi dengan penonton, lebih fleksibel, mampu menampung aspirasi penonton, lucu, dan yang terpenting, dalam memainkan para tokoh punakawan ini sang dalang dapat lebih bebas menyampaikan misinya karena tidak harus terlalu terikat pada pakem.

Tokoh punakawan dimainkkan dalam sesi gara-gara. Jika diperhatikan secara seksama ada kemiripan dalam setiap pertunjukan wayang antara satu lakon dan lakon yang lain. Pada setiap permulaan permainan wayang biasanya tidak ada adegan bunuh-membunuh antara tokoh-tokohnya hingga lakon gara-gara dimainkan. Mengapa? Dalam falsafah orang Jawa, hal ini diartikan bahwa janganlah emosi kita diperturutkan dalam mengatasi setiap masalah. Lakukanlah semuanya dengan tenang, tanpa pertumpahan darah, dan utamakan musyawarah. Cermati dulu masalah yang ada, jangan mengambil kesimpulan sebelum mengetahui masalahnya. Ketika lakon gara-gara selesai dimainkan, barulah ada adegan yang menggambarkan peperangan dan pertumpahan darah. Itu dapat diartikan bahwa jika musyawarah tidak dapat dilakukan maka ada cara lain yang dapat ditempuh dalam menegakkan kebenaran. Dalam Islam pun, setiap dakwah yang dilakukan harus menggunakan tahap-tahap yang tidak berbeda dengan tahap-tahap yang ada dalam dunia perwayangan ini. Dalam mengajak pada kebenaran/mencegah kemungkaran, para pendakwah awalnya harus memberi peringatan (Bi Lisani) dengan baik; jika tidak mau, beri peringatan dengan keras; jika tidak mau, kita dapat menggunakan kemampuan maksimal kita dalam mengupayakan penegakan kebenaran (termasuk Jihad, mungkin). Nah, lakon gara-gara jelas sekali menggambarkan atau membuka semua kesalahan, dari yang samar-samar kelihatan jelas.Ini merupakan suatu hasil dari sebuah doa yang terkenal Allahuma arinal Haqa-Haqa warzuknat tibaa wa'arinal bathila-bathila warzuknat tinaba. [Ya Allah tunjukilah yang benar kelihatan benar dan berilah kepadaku kekuatan untuk menjalankannya, dan tunjukilah yang salah kelihatan salah dan berilah kekuatan kepadaku untuk menghindarinya. Semua menjadi jelas mana yang benar dan yang salah. Hingga akhir dari cerita wayang, para tokohnya yang berada di jalur putih akan memenangkan pertempuran melawan kejahatan, setelah benar-benar mengetahui mana jalan yang benar dan mengerti masalahnya.(bersambung)

Kamis, 02 April 2009

Timlo Solo

Bahan:

50 g suun kering, rendam air panas hingga lunak, potong-potong

Dadar:
1 sdm minyak sayur
2 butir telur ayam, kocok
50 g daging ayam, sangrai kering
=BD sdt merica bubuk
=BD sdt garam

Kuah:
2 sdm minyak sayur
3 siung bawang putih, cincang halus
4 butir bawang merah, cincang
1 liter kaldu ayam
15 butir telur puyuh, rebus, kupas
4 buah ampela ayam, rebus setengah matang
3 sdm kecap manis
=BD sdt merica bubuk
1 sdt garam

Taburan:
1 sdm seledri cincang
1 sdm bawang merah goreng
Cara membuat:
Dadar: Aduk semua bahan menjadi satu. Buat menjadi dadar tipis. Gulung, iris melintang halus. Sisihkan.
Kuah: Panaskan minyak, tumis bawang putih dan bawang merah hingga layu. Tuangi kaldu, didihkan. Masukkan bahan lainnya. Masak hingga ampela empuk dan telur kecokelatan warnanya. Angkat. Ambil ampela, iris tipis. Sisihkan.
Penyajian: Taruh suun, dadar, dan ampela di mangkuk-mangkuk. Tuangi kuahnya. Beri bahan Taburan. Sajikan hangat.

Untuk 4 orang